Sejak tahun 2013 Telegram konsisten dengan perlindungan privasi dan enkripsi. Karena itulah, Telegram belum bisa menghasilkan pundi-pundi uang untuk pembuatnya hingga tahun 2018.

Sang pendiri Telegram, Pavel Durov pihaknya tidak akan pernah menyisipkan iklan, ataupun membuat aplikasi buatannya menjadi berbayar alias gratis selamanya.

Lalu darimana Telegram mendapatkan uang untuk terus menjalankan aplikasinya?

Menurut kabar yang kami himpun dari Four Week MBA(22/3/21), ternyata Telegram sempat menghasilkan uang dengan menggalang dana melalui pasar kripto (cryptocurrency). Ya, dari acara Initial Coin Offering (ICO) inilah Telegram mendapatkan setidaknya US$1,7 miliar di tahun 2018 lalu.

Meskipun mendapatkan dana yang melimpah, namun Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) tidak melanjutkan acara penggalangan dana ICO di tahun 2019.

80% dana yang didapatkan dari ICO digunakan Telegram untuk mendanai peralatan, bandwidth, colocation, dan juga biaya verifikasi pengguna. 20% sisanya dipakai untuk membayar gaji karyawan, biaya kantor, dan jasa hukum serta konsultasi.

Sebelumnya mendirikan jejaring sosial VK

Sebelum membuat Telegram, Pavel Durov dan saudaranya Nikolai meluncurkan jejaring sosial bernama VK (sebelumnya bernama VKontakte). Keduanya mendapat ide ketika mendengar Facebook yang sangat populer di tahun 2000-an. VK pun diluncurkan pada tahun 2006, dan menjadi populer di Rusia dan Eropa.

Seiring dengan pertumbuhan yang meroket tajam, di tahun 2014 pun Pavel Durov pun harus menjual perusahaannya kepada CEO operator seluler besar di Rusia, Ivan Tavrin.

Pertumbuhan Telegram yang pesat di tahun 2013

Ketika Pavel Durov meluncurkan Telegram di tahun 2013, aplikasi perpesanan instan ini memiliki pertumbuhan yang luar biasa dalam waktu yang singkat.

“Telegram mencapai satu miliar pesan sehari 15 bulan setelah peluncuran. VK mencapai tanda yang sama membutuhkan waktu 6 setengah tahun. 50 Juta pengguna Telegram aktif terdistribusikan  secara merata di seluruh dunia. Di antara negara yang paling aktif adalah Spanyol, Brasil, Korea Selatan, Meksiko, Jerman, Malaysia, Singapura, India, Arab Saudi, Italia, dan Amerika Serikat. Pengguna Rusia di Telegram sekitar 1%.” ungkap Pavel Durov lewat postingan di jejearing sosial VK.

Apakah Telegram memasang iklan di masa depan?

Berbeda dengan WhatsApp, Durov mengatakan Telegram tidak akan pernah memasang iklan, setidaknya selama dirinya bertanggung jawab.

” Bagi kami, data pribadi Anda adalah sakral, Kami tidak akan menggunakan data Anda untuk menargetkan iklan. Kami tidak akan pernah mengungkapkan data Anda kepada pihak ketika. Kami hanya menyimpan apa yang benar-benar diperlukan agar Telegram berfungsi.” terang perusahaan di postingan terbaru.

Tagged in:

About the Author

Tim Jatimtech

Situs teknologi yang menyajikan ulasan, tips & trik aplikasi, rekomendasi produk dan berita terkini.

View All Articles